PENA24JAM.COM, MEDAN – GemaSaba (Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa) Sumut mengajak masyarakat kaum milenial khususnya, untuk mencegah politik identitas dan menjaga Kamtibmas bersama di tahun politik 2024 mendatang.
Kegiatan Seminar Dan Diskusi dengan Tema, ” Menjaga Kamtibmas, Menolak Hoax dan Politik Identitas Untuk Mensukseskan Pemilu 2024″ digelar di Orchid Garden Cafe Jalan Pelajar Timur, Kota Medan, Rabu (10/9/2023).
Iwan MHI selaku Akademisi Sumut kepada wartawan mengatakan bahwa, pada tahun politik 2024 sebahagian besar akan diisi kaum anak muda sebagai pemilih nantinya.
Menurut Iwan, dengan usia muda yang tingkat ketidakstabilan emosional dan dengan pengetahuan yang sangat dangkal kaum milineal ditakutkan akan terjebak pada politik identitas dan mudah terpengaruh oleh aktifitas negatif khususnya bermedia sosial.
“Kita tidak mengatakan politik identitas itu selamanya tidak baik, dan tentunya juga ada hal hal positif. Apabila dalam suatu bentuk dilakukan suatu upaya perlawan pada pemerintah, maka hal itu merupakan suatu yang tidak dibenarkan,” kata Iwan dalam keterangan persnya usai kegiatan.
Oleh karena itu lanjut Iwan, dalam kegiatan ini, kita mengajak anak muda dan mahasiswa untuk bisa memahami kondisi politik saat ini agar untuk tidak terjebak pada politik identitas.
Sementara, Muhammad Aldi Pramana SM Ketua DPW GemaSaba Sumut menerangkan bahwa, menjelang Pilpres 2024, anak muda sebagai agen of chage/sebagai agen perebuahan harus bertabayun dahulu.
“Tentunya, harapan kita kedepan ditahun 2024 ini, para pemuda memiliki pemikiran pemikiran yang positif dan terbaik,” ujar Muhammad Aldi, baru-baru ini di salah satu cafe jalan Pelajar Timur Medan.
Sementara itu, Payung Harahap SE MM Komisioner Bawaslu Sumut yang turut hadir menjelaskan bahwa, politik identitas memicu terjadinya konflik yang terkesan melebihkan kelompok dan golongan yang menimbulkan permasalahan.
Payung Harahap melanjutkan, agar menghindari terjadinya konflik dan timbulnya provokasi terhadap kaum pemuda yang pertama melakukan kroscek, cek dan ricek informasi menghindari terjadinya hoax.
“Bukan hanya dalam ajaran agama, namun dalam konteks kebersamaan, kesatuan dan keutuhan berpotensi apabila hoax itu menjadi informasi yang merajalela ditengah tengah masyarakat,” tutup Payung. (sgh)
Discussion about this post